Kisah Sahabat Rasul: Abdullah bin Abbas (2)

Abdullah bin Abbas (2)

Remaja yang Bijak dan Penuh Hikmah "Abdullah bin Abbas (2)"


Abdullah bin Abbas adalah seorang pemuda yang mencari ilmu dengan segala cara, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya.

 

Sepanjang hidupnys Ia telah meminum mata air ilmu dari Rasulullah Saw. Bahkan ketika Rasulullah Saw wafat pun usahanya tidak berhenti, ia mengalihkan kepada para ulama dari kalangan sahabat dengan belajar dan mendapatkan talaqi dari mereka.


Ibnu Abbas bercerita tentang dirinya:

Ketika ada kabar yang sampai kepadaku bahwa ada seorang laki-laki dari kalangan sahabat Rasullah Saw yang memiliki satu hadis, aku bersegera mendatangi pintu rumahnya di waktu tidur siang (qailulah), lalu selendangku jadikan bantal untuk tidur di depan ambang rumahnya, maka hembusan angin yang membawa serta debu pun mengenaiku, meskipun aku tahu, jika aku minta izin pun pasti akan diizinkan... akan tetapi aku melakukan itu untuk menyenangkan dirinya.


Ketika ia keluar dari rumahnya, ia melihatku dalam keadaan seperti ini, dan ia pun bertanya. "Wahai, anak paman Rasulullah, untuk apa kamu datang kesini?" "Kenapa kamu tidak mengirimkan kepada saya untuk mendatangimu?"


Aku pun menjawab. "Saya lebih berhak untuk mendatangimu, karena ilmu itu didatangi dan tidak mendatangi". Kemudian aku pun bertanya tentang hadis yang telah sampai kepadanya.


Ibnu Abbas telah merendahkan dirinya dalam menuntut ilmu, sehingga ia memiliki kedudukan yang tinggi di sisi para ulama.


Dan inilah kisah Zaid bin Tsabit Penulis wahyu, Pemimpin penduduk Madinah dalam hal Qadhi, Fikih, Qiroat dan Faraid. Saat itu Zaid hendak menaiki hewan tunggangannya, lalu ada pemuda dari bani Hasyim yaitu Abdullah bin Abbas yang menuntun tunggangannya dengan tangannya dan memperlakukannya sebagaimana seorang budak kepada tuannya, dipegangnya Zaid dan diarahkannya tali kendali tunggangannya.


Zaid pun berkata kepadanya: "biarkan, lepaskan saja wahai anak paman Rasulullah"


Ibnu Abbas pun menjawab: "beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kami"


Dan Zaid pun menimpali. "Perlihatkan tanganmu kepadaku...". Lalu Ibnu Abbas pun mengeluarkan tangannya, dan Zaid lun langsung meraihnya dan menciumnya, sambil berkata, "beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ahlu bait nabi kami".


Ibnu Abbas sangat gigih dalam mencari ilmu sampai taraf yang mencengangkan.


Dikatakan dari Masruq bin al Ajda' salah satu tokoh pembesar tabi'in. Jika aku melihat Ibnu Abbas, aku berkata, "orang yang paling tampan...


Kalau dia berkata, aku mengatakan, "orang yang paling fasih....


Dan kalau dia bercerita, aku menyebutnya, "orang yang paling mengetahui".


Ketika Ibnu Abbas telah sempurna dalam cita-cita pencarian ilmunya, mulailah ia beralih menjadi pengajar yang mengajarkan orang-orang. Rumahnya menjadi universitas bagi kaum muslimin...


Ya, Universitas dalam arti sekarang zaman modern ini. Tetapi Universitas Ibnu Abbas dan Universitas kita berbeda, kalau Universitas sekarang puluhan atau kadang-kadang ratusan guru berkumpul dalam satu tempat...


Sedangkan Universitas Ibnu Abbas, berdiri dengan cukup satu guru saja yaitu Ibnu Abbas sendiri.


Diriwayatkan oleh salah satu sahabatnya, ia berkata, "Aku telah melihat majlisnya Ibnu Abbas, kalau seandainya seluruh orang Quraisy itu berbangga terhadap dirinya maka ia adalah kebanggaan".


Dan aku telah melihat orang-orang berkumpul di jalan menuju ke rumahnya sampai jalan itu sempit dan macet karena banyaknya orang. Aku pun masuk dan mengabarkan kepadanya tentang kerumunan orang di depan pintunya.


Lalu beliau pun berkata, "siapkan aku air wudhu...". Kemudian ia berwudhu lalu duduk, sambil berkata. "Keluar dan katakan kepada mereka, "siapa saja yang ingin bertanya tentang al Quran dan huruf-hurufnya maka dipersilakan masuk...".


Maka aku pun keluar dan mengatakan kepada mereka, lalu mereka pun masuk, sampai rumah dan kamarnya penuh, tidak ada yang mereka tanyakan sedikit pun kecuali telah di jelaskan kepada mereka, bahkan penjelasan dari yang mereka tanyakan semakin bertambah dan banyak.


Kemudian setelah selesai, beliau berkata, "Luaskan jalan untuk saudara kalian". Maka, mereka pun keluar.


Setelah itu beliau kembali meminta kepadaku. "Keluarlah dan katakan, siapa saja yang ingin bertanya tentang tafsir al Quran dan takwilnya, masuklah!" Aku pun keluar dan mengatakn hal tersebut kepada mereka.


Lalu mereka masuk sampai rumah dan kamar penuh, tidak ada yang mereka tanyakan sedikit pun kecuali telah di jelaskan kepada mereka, bahkan penjelasan dari yang mereka tanyakan sama, semakin bertambah dan banyak.


Kemudian setelah selesai, beliau berkata, "Luaskan jalan untuk saudara kalian". Maka, mereka pun keluar.


Beliau kembali meminta kepadaku. "Keluarlah dan katakan, siapa saja yang ingin bertanya tentang halal dan haram serta Fikih, masuklah!" Aku pun keluar dan mengatakn hal tersebut kepada mereka.


Lalu mereka masuk, sampai rumah dan kamar penuh, tidak ada yang mereka tanyakan sedikit pun kecuali telah di jelaskan kepada mereka, bahkan penjelasan dari yang mereka tanyakan sama, semakin bertambah dan banyak.


Kemudian setelah selesai, beliau berkata, "Luaskan jalan untuk saudara kalian". Maka, mereka pun keluar.


Beliau kembali meminta kepadaku. "Keluarlah dan katakan, siapa saja yang ingin bertanya tentang Faraid dan yang semisal dengannya , maka diperbolehkan masuk" Aku pun keluar dan mengatakn hal tersebut kepada mereka.


Lalu mereka masuk, sampai rumah dan kamar penuh, tidak ada yang mereka tanyakan sedikit pun kecuali telah di jelaskan kepada mereka, bahkan penjelasan dari yang mereka tanyakan sama, semakin bertambah dan banyak.


Kemudian setelah selesai, beliau berkata, "Luaskan jalan untuk saudara kalian". Maka, mereka pun keluar.


Kemudian beliau kembali meminta kepadaku. "Keluarlah dan katakan, siapa saja yang ingin bertanya tentang Bahasa Arab, Syair dan Gharib (perkatan asing orang Arab), masuklah" Aku pun keluar dan mengatakn hal tersebut kepada mereka.


Lalu mereka masuk, sampai rumah dan kamar penuh, tidak ada yang mereka tanyakan sedikit pun kecuali telah di jelaskan kepada mereka, bahkan penjelasan dari yang mereka tanyakan sama, semakin bertambah dan banyak.


Menurut periwayat khabar, "kalau seandainya orang Quraisy bangga akan hal itu maka itu adalah kebanggaan".


Melihat pemandangan ramai sesak di rumahnya itu seakan-akan Ibnu Abbas hendak sedang membagi-bagikan ilmu di hari itu.


Ia menjadikan majlisnya seminggu sekali tidak membahas yang lain kecuali Tafsir.


Di hari lain pun tidak membahas yang lain kecuali Fikih.

Di hari lain juga tidak membahas yang lain kecuali Maghazy.

Di hari lain juga tidak membahas yang lain kecuali Syair.

Dan di hari lain tidak membahas yang lain kecuali hari-harinya orang Arab.


Tidaklah duduk dengannya orang yang berilmu kecuali ia akan tunduk kepada Ibnu Abbas. Dan tidaklah orang yang bertanya kepadanya kecuali akan mendapatkan ilmu darinya.


Bersambung...


Oleh: Umm_Chaera


Sumber: Shuwar min Hayatis Shahabah


Baca juga kisah sahabat

Abdullah bin Masud (1)

Abdullah bin Masud (2)

Salman al Farisi

Abdullah bin Abbas (1)

Abdullah bin Abbas (2)

Abdullah bin Abbas (3)

Abdurrahman bin Auf (1)

Abdurrahman bin Auf (2)


Saad bin Abi waqash (1)


Saad bin Abi Waqash (2)


Abu Hurairah ad Dawsy (1)


Abu Hurairah ad Dawsy (2)


Suhaib Ar Rumy


Khabab bin Al Aarat


LihatTutupKomentar