Sang Pedang Allah (Saifullah, Khalid bin Walid [1]
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِخَالِدِ بْن الْوَلِيدِ كُلِّ مَا سَلَفَ مِنْهُ مِنْ صَدِّ عَنْ سَبِيلِكَ
"Ya Allah, ampunilah segala kesalahan Khalid bin Walid yang telah dia lakukan yang menghalangi jalan-Mu"
Seri kehidupan Khalid bin Al-Walid adalah sebuah epik yang indah...
dimulai dengan kefanatikan dan keberanian...
dan berakhir dengan iman dan kepahlawanan...
Keluarga Khalid bin Walid
Khalid berasal dari keluarga bani Makhzum yang tumbuh di rumah terhormat yang makmur, banyak harta dan kecakapan.
Paman Khalid, Hisyam, adalah pemimpin Bani Makhzum yang meninggal pada hari Perang Fijar. Kematiannya membawa duka cita yang besar bagi suku Arab. Selama masa berkabung Quraisy tidak membuka pasar di Makkah selama tiga hari.
Paman Khaled yang lain, Al-Fakih bin Al-Mughirah, adalah salah satu tokoh terhormat di antara orang Arab pada zamannya, dan ia memiliki rumah yang selalu terbuka bagi siapa saja tanpa harus meminta izin.
Ayahnya bernama Al-Walid bin Al-Mughirah yang merupakan salah satu dari orang terkaya pada zamannya. Dia memiliki banyak emas, perak, kebun dan ladang, bisnis, budak dan pembantu, yang tidak dimiliki oleh siapa pun selain dia.
Bahkan ayahnya adalah orang yang menutupi Ka'bah dengan kain selama satu tahun, sementara Quraisy menutupinya selama satu tahun berikutnya. Karena itu, ia dijuluki "Al-Wahid" dan "Ar-Raihanati Al-Quraisy".
Allah SWT menyebutkan ayahnya dalam Al-Quran,
{ ذَرۡنِی وَمَنۡ خَلَقۡتُ وَحِیدࣰا (11) وَجَعَلۡتُ لَهُۥ مَالࣰا مَّمۡدُودࣰا (12) وَبَنِینَ شُهُودࣰا (13) وَمَهَّدتُّ لَهُۥ تَمۡهِیدࣰا (14) }
"Biarlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya, dan Aku berikan baginya kekayaan yang melimpah, dan anak-anak yang selalu bersamanya, dan Aku berikan baginya kelapangan (hidup) seluas-luasnya,"
[Surat Al-Muddatstsir: 11-14]
Ayahnya sangat dermawan dan terkenal dengan kebaikan hatinya, bahkan dia merasa sangat ingin membakar api di Mina hanya untuk memberi makan para jamaah haji yang datang.
Dia juga mengklaim bahwa dia lebih pantas menjadi nabi dan bahwa Quran harus diturunkan kepadanya. Namun, Allah SWT mengecamnya dalam Al-Quran dengan kata-kata,
{ وَقَالُوا۟ لَوۡلَا نُزِّلَ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ عَلَىٰ رَجُلࣲ مِّنَ ٱلۡقَرۡیَتَیۡنِ عَظِیمٍ }
"Dan mereka (juga) berkata, “Mengapa Al-Qur`ān ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu di antara dua negeri ini (Mekkah dan Ta'if)?”
[Surat Az-Zukhruf: 31]
Di rumah yang kaya ini, Khalid bin Al-Walid lahir pada tahun 34 sebelum hijrah.
Khalid memiliki tubuh yang tinggi besar, berwajah seram dan cenderung pucat. Ia memiliki kemiripan yang kuat dengan Umar bin Khattab hingga seringkali orang salah melihat dan tertukar antara kedua laki-laki ini.
Sikap Khalid bin Walid terhadap Dakwah Nabi Saw
Ketika Nabi Muhammad ﷺ memperlihatkan dakwahnya, Khalid adalah seorang pemuda yang sedang tumbuh.
Dia merasa terancam oleh kehadiran dakwah ini karena melihat adanya kepemimpinan baru yang menentang kepemimpinan keluarganya. Kepemimpinan baru ini merupakan suatu bentuk kekuasaan yang baru, yang berdiri di hadapan kekuasaan ayahnya. Oleh karena itu, ia dan saudaranya, Ummarah bin Walid, melawan dakwah tersebut.
Adapun Umarah bin Al-Walid pernah terlibat dalam perang Badr bersama kaum musyrik, akan tetapi dia ditawan oleh umat Islam, sehingga menjadi bahan perbincangan, tentang masalah pembayaran tebusan untuk membebaskannya, karena dia terkenal kaya dan kebenciannya terhadap Islam. Dia meminta kepada keluarganya untuk membayar tebusan empat ribu dirham.
Tetapi Rasulullah ﷺ menyarankan agar mereka tidak menerima uang tebusan dari Umarah selain dari perisai yang luas, pedang, dan helm baja milik ayahnya yang terkenal.
Proses negosiasi dengan Umarah tersebut berlangsung lama dan dia kekeh dengan agamanya saat menjadi tawanan umat Islam. Setelah sepakat dengan tebusannya dia dibebaskan dan kembali ke keluarganya.
Akan tetapi Umarah memutuskan untuk mengumumkan keislamannya di hadapan mereka dan meskipun tahu keluarganya tidak menyukainya.
Orang musyrik terkejut dengan tindakannya dan bertanya kepadanya "mengapa kamu tidak memeluk Islam sebelum ditebus".
Umarah menjawab, "Aku tidak suka dikatakan, bahwa aku pengecut karena ditangkap". Sementara Khalid tetap pada sikapnya dan tidak memeluk Islam.
Pada perang Uhud, Quraisy mengibarkan panji kemenangannya. Mengangkat seorang pemimpin untuk melakukan serangan yang membuat pihak musyrik lebih unggul daripada kaum Muslimin. Dia menaiki kudanya dengan cepat memasuki pasukan Muslimin, memecah barisan mereka, dan mengacau-balaukan keadaan mereka, sehingga mereka tidak lagi dapat membedakan antara pengikut mereka sendiri dan musuh mereka.
Abu Sufyan pun bersukacita dan berkata, "Inilah hari yang setara dengan Pertempuran Badar, dan perang adalah perebutan (beberapa keberuntungan)."
Pada Hari saat perang Khandak, orang-orang Musyrik membagi pasukan mereka dan masing-masing pasukan ditugaskan untuk menyerang sekelompok Muslim saat fajar, dan Khalid bin Walid ditugaskan untuk melawan Rasulullah Saw, Khalid hampir berhasil menyerang Nabi Saw yang mulia, jika pengawasan pengawal Rasulullah Saw dan pemimpin mereka Usaid bin Al-Khudair ra, tidak waspada terhadap Nabi Saw.
Pada tahun Hudaybiyah, Rasulullah SAW berangkat menuju Makkah untuk melakukan umrah dengan membawa sekitar seribu lima ratus orang Muslim yang tidak membawa senjata kecuali pedang-pedang terikat di sarungnya.
Hal ini membuat musyrikin merasa khawatir, sehingga mereka memanggil Khalid untuk menghadapi Rasulullah Saw, dengan membawa 200 pasukan penunggang kuda untuk mengintai aktivitasnya.
Khalid mendekati dan melihat Rasulullah. Kemudian tiba waktu salat dzuhur, dan Rasulullah bersama para sahabatnya melaksanakan salat khauf. Khalid berpikir untuk menyerang tiba-tiba salat Rasulullah, tetapi ketenangan Muslimin dan kekagumannya terhadap salat menghalanginya, serta posisinya ssbagai seorang ksatria yang pantang untuk melakukan pengkhianatan.
Dalam keadaan ini, Khalid merasakan ketakutan bahwa Muhammad memiliki rahasia, dan bahwa dia adalah orang yang terlarang. Ini adalah pertama kalinya dia merasa simpati terhadap Islam. Kemudian dia menerima pesan dari saudaranya Al-Walid, yang telah memeluk Islam setelah Pertempuran Badar, dia membawa Pesan yang berisi kata-kata dari Nabi yang mulia.
Pesan itulah yang akan menjadi alasan, Allah akan mengeluarkannya dari kegelapan menuju cahaya.
Khalid bin Walid Masuk Islam
kita biarkan, Khalid sendiri yang menceritakan kisah masuk Islamnya kepada kita.
Dia berkata, "Ketika Allah menghendaki kebaikan bagiku, Dia menanamkan cinta Islam di dalam hatiku. Kebenaran menyadarkanku dan aku berkata, 'Seluruh negeri ini menjadi saksi bagiku atas Muhammad. Setiap kali aku pergi dari tempat ini, aku mendapati diriku merasakan bahwa Muhammad akan menang."
Kemudian dia melanjutkan, "Saat itu, saudaraku menulis surat kepadaku yang berisi, 'Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang...' Selanjutnya, ia mengungkapkan kekagumannya terhadap keputusanku tentang Islam dan kecerdasanmu yang tidak bisa disangkal."
"Dan tidak ada yang bisa mengabaikan keindahan Islam," tambahnya.
"Rasulullah juga bertanya tentang diriku, 'Di mana Khalid?"
Dia menjawab, "Allah akan membawanya kepadamu.'
Lalu beliau berkata, 'Tidaklah ssmua itu karena Khalid yang tidak mengenal Islam. Jika dia mengarahkan kebenciannya terhadap orang-orang Musyrik daripada umat Islam, itu akan menjadi kebaikan baginya... Dan kami mengutamakannya dari yang lain".
"Jadi, sadarilah, wahai saudaraku, apa yang telah kamu lewatkan darinya. Kamu telah melewatkan peluang baik."
Bersambung ....
By: Umm_Chaera
Sumber:
Kitab 2, Shuwar min Hayatis Shahabah
Baca juga Kisah Sahabat Rasul