Kerelaan Seorang Anak Remaja Memilih Orang Lain daripada Orang Tuanya "Zaid bin Haritsah [2]
Keutamaan Zaid bin Haritsah
Ketika Zaid memilih Muhammad atas keluarganya, ia tidak tahu apa keuntungan yang akan dia peroleh. Dia tidak tahu bahwa orang yang memilihnya di atas keluarga dan suku-suku lainnya adalah pemimpin terbaik bagi seluruh makhluk Allah.
Dia tidak tahu bahwa sebuah negara berdasarkan tuntunan penguasa langit akan didirikan di atas bumi, kebaikan dan keadilannya akan memenuhi Timur dan Barat, dan akan menjadi batu pertama dalam membangun negara yang besar ini.
Pada saat itu, tidak ada hal tersebut terlintas dalam pikiran Zaid, karena sesungguhnya, semua adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Allah sang pemberi karunia yang paling besar.
Hal ini terjadi beberapa tahun sebelum Allah memilih Nabi-Nya, Muhammad, untuk membawa agama kebenaran dan petunjuk. Dan Zaid bin Haritsah adalah orang pertama dari kalangan laki-laki yang mempercayai ajaran Nabi Muhammad.
Apakah ada keutamaan yang lebih mulia daripada keutamaan ini?
Zaid bin Haritsah menjadi orang kepercayaan bagi rahasia Rasulullah, pemimpin dari misi-misi dan ekspedisi militernya, serta merupakan salah satu khalifahnya di Madinah jika Nabi Saw meninggalkan kota tersebut.
Kecintaan Rasulullah terhadap Zaid bin Haritsah
Zaid sangat dicintai Rasullah Saw melebihi kecintaannya terhadap ibu dan ayahnya, dan Rasul Saw yang mulia pun sangat mencintainya, menjadikannya hidup bersama keluarga dan anak-anaknya. Beliau rindu kepada Zaid saat ia pergi, dan senang menyambutnya ketika kembali. Keduanya saling bertemu dalam pertemuan yang membahagiakan yang tak ada bandingannya.
Inilah Aisyah, R.A. yang menggambarkan adegan kebahagiaan Rasulullah SAW dalam pertemuan dengan Zaid, ia berkata:
"Zaid bin Haritsah datang ke Madinah, sedangkan Rasulullah sedang berada di rumahnya. Kemudian pintu pun diketuk, lalu Rasulullah berdiri dengan hanya menutupi bagian yang tersembunyi antara pusar dan lututnya, beliau menuju pintu sambil menarik jubahnya untuk dipakai. Kemudian, beliau memeluk dan mencium Zaid".
Demi Allah, saya tidak pernah melihat Rasulullah telanjang sebelum atau sesudahnya. Kabar tentang kecintaan Rasulullah kepada Zaid menyebar di kalangan umat Islam, dan mereka membiarkan cintanya kepada Zaid berkembang. Mereka memanggil Zaid sebagai "kekasih Rasulullah", dan putranya Usamah juga diberi julukan "kekasih dari kekasih Rasulullah".
Perpisahan Rasulullah Saw dengan Zaid bin Haritsah
Pada tahun kedelapan setelah Hijrah, Allah berkehendak untuk menguji Nabi dengan memisahkan dirinya dari orang yang dicintainya.
Hal ini terjadi ketika Rasulullah saw. mengirim Harits bin Umair Al-Azdi dengan sebuah surat kepada raja Busrah, mengajaknya untuk memeluk Islam. Ketika Harits tiba di Mu'tah di timur Yordania, salah seorang pemimpin suku Ghassan bernama Syurahbil bin Amr menangkapnya, memborgolnya, dan kemudian membunuhnya.
Peristiwa ini sangat memukul hati Nabi saw. karena tidak ada utusan Allah lain yang terbunuh selain Harits. Oleh karena itu, Nabi saw menyiapkan pasukan tiga ribu pasukan untuk menyerang Mu'tah. Pasukan itu dipimpin oleh orang yang dicintai Nabi saw., Zaid bin Haritsah, yang berkata,
"Jika Zaid terbunuh, kepemimpinan pasukan akan diserahkan kepada Ja'far bin Abi Thalib. Jika Ja'far terbunuh, kepemimpinan akan diserahkan kepada Abdullah bin Rawahah. Jika Abdullah terbunuh, umat Islam dapat memilih pemimpin yang dianggap paling tepat."
Pasukan ini berhasil mencapai Ma'an, di Timur Yordania, sedangka pasukan Romawi bergerak yang dipimpin oleh Kaisar Heraklius dengan seratus ribu tentara untuk mempertahankan Ghassaniyah, termasuk seratus ribu pasukan Arab kafir. Kemudian Pasukan besar ini berkemah tidak jauh dari posisi kaum Muslim.
Kaum Muslim di Ma'an menghabiskan dua malam untuk bermusyawarah tentang langkah selanjutnya. Salah satu anggota berkata, "Mari kita menulis surat kepada Rasulullah SAW dan memberitahunya tentang jumlah musuh mereka, lalu kita menunggu perintah darinya".
Sementara yang lain berkata, "Demi Allah, wahai kaum, sesungguhnya kita memerangi musuh bukan karena jumlah, kekuatan, atau banyaknya jumlah, melainkan karena agama ini...".
Kemudian mereka pergi dengan alasan yang sudah ditetapkan...
"Allah SWT telah menjamin kalian untuk meraih salah satu dari dua kebaikan, kemenangan atau syahid".
Setelah itu, kedua kelompok bertemu di tanah Mu'tah. kaum Muslimin bertempur dengan pertempuran yang membuat pasukan Romawi gentar dan mengisi hati mereka dengan ketakutan terhadap tiga ribu pasukan Muslim yang berhadapan dengan pasukan Romawi yang berjumlah dua ratus ribu.
Zaid bin Haritsah bertempur untuk membela bendera Rasulullah, dengan perlawanan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Dia bertarung sampai terluka parah hingga seratus tombak menusuknya dan mengakibatkan dia tergeletak dan meninggal dalam genangan darah.
Jafar bin Abi Thalib kemudian mengambil bendera dan melanjutkan pertempuran sampai ia juga terbunuh. Abdullah bin Rawahah kemudian mengambil bendera dan berjuang mati-matian sampai ia pun bertemu dengan kedua sahabatnya.
Kemudian orang-orang menyerahkan kendali pasukan pada Khalid bin Walid, yang baru memeluk Islam, ia memimpin pasukan dan menyelamatkan pasukan Muslim dari kekalahan yang pasti.
Rasulullah ﷺ mendapat kabar tentang peristiwa Mu'tah dan kematian ketiga sahabatnya. Beliau sangat sedih dan merasa kehilangan yang tak tergantikan. Setelah itu, beliau pergi ke rumah keluarga sahabat-sahabatnya untuk menghibur mereka.
Namun ketika beliau sampai di rumah Zaid bin Harithah, anak perempuannya yang masih kecil menangis dengan sangat sedih. Rasulullah ﷺ ikut menangis sampai ia menangis dengan sangat kuat. Sa'd bin 'Ubada bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "apa yang terjadi, Ya Rasulullah".
Rasulullah ﷺ menjawab,
هَذَا بُكَاءُ الحَبِيبِ عَلَى حَبِيبِهِ
"Ini adalah tangisan kekasih atas kekasihnya."
Wa Allahu A'lamu bi Shawab
By: Umm_Chaera
Sumber
Kitab, Shuwar Min Hayatis Shahabah
Baca juga Kisah Sahabat Rasul