Dzun Nurain "Utsman bin Affan [2]"
Kontribusi Utsman bin Affan di Perang Tabuk
Pada saat itu, Rasulullah naik ke mimbar, memuji dan mengagungkan Allah sesuai dengan sifat-Nya yang layak. Kemudian, dia mendorong orang-orang Muslim untuk bersedekah dengan mengerahkan semua miliknya, dan memberikan janji dengan pahala yang besar kepada mereka.
Kemudian, Utsman bin Affan bangkit dan berkata, "Saya akan menyumbangkan seratus ekor unta dengan semua perlengkapan dan barang-barang bawaannya, wahai Rasulullah".
Setelah itu, Rasulullah turun dari mimbar satu tingkat dan berdiri sambil mendorong kembali orang-orang untuk berkorban, lalu Ustman bangkit lagi dan berkata, "Saya akan menyumbangkan seratus unta lagi dengan semua perlengkapan dan barang-barang bawaannya, wahai Rasulullah."
Rasulullah pun turun satu tingkat dari mimbarnya lagi dengan rasa senang dan bangga dengan kebaikan Utsman bin Affan.
Dalam keadaan Rasulullah masih berdiri diatas mimbar, beliau mengulangi kembali mendorong orang-orang untuk berkorban mengeluarkan hartanya untuk berjihad.
Utsman bin Affan bangkit lagi untuk yang ketiga kalinya dan berkata, "Saya akan menyumbangkan seratus unta lagi dengan semua perlengkapan dan barang-barang bawaannya, wahai Rasulullah."
Pada saat itu, Rasulullah mengangkat tangan-Nya karena ridha terhadap kebaikan Utsman bin Affan, dan berkata, "Tidak ada yang membahayakan Utsman terhadap apa yang dia lakukan hari ini....Tidak ada yang membahayakan Utsman terhadap apa yang dia lakukan hari ini...."
Kemudian, setelah Rasulullah Saw hampir turun dari mimbarnya, Utsman bin Affan segera pergi ke rumahnya. Dia menyerahkan kepada Rasulullah Saw seribu dinar emas bersama.
Ketika dinar-dinar itu diletakkan di pangkuan Rasul yang mulia, beliau membolak-balikkan dinar itu dengan kedua tangan suci-Nya, bagian depan ke belakang, dan belakang ke depan. Sambil berkata, "Semoga Allah mengampuni dosamu, wahai Utsman, baik yang engkau rahasiakan maupun yang engkau umumkan, baik yang engkau lakukan dan yang tidak engkau lakukan, sampai hari kiamat."
Peran Ustman Saat Menghadapi Masa Sulit di Masa Al Faruq.
Pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ra, terjadi tahun kelaparan yang menghancurkan tanaman dan ternak sehingga tahun itu dikenal sebagai tahun "Ar Ramadah". Kemudian kesulitan semakin meningkat hingga nyawa-nyawa terancam.
Pada suatu pagi, orang-orang datang kepada Umar dan berkata:
"Wahai Khalifah Rasulullah, langit tidak turun hujan dan bumi tidak membuahkan apa-apa, sedangkan orang-orang semakin sekarat dan menderita kelaparan, apa yang harus kita lakukan?"
Kemudian Umar melihat mereka dengan wajah yang penuh kecemasan dan berkata: "Bersabarlah dan berharaplah pada pertolongan Allah, Karena aku berharap agar kalian tidak merasakan penderitaan itu sampai Allah memberikan kemudahan atas kalian."
Sampai pada akhir siang, datanglah berita bahwa rombongan (kafilah) unta milik Utsman bin Affan telah tiba dari Syam dan akan sampai di Madinah pada pagi hari. Setelah shalat subuh selesai, orang-orang berkumpul untuk menyambut rombongan tersebut dan para pedagang berbondong-bondong untuk menyambutnya, saat itu ada seratus unta yang membawa gandum, minyak, dan kismis.
Unta-unta Ustman telah melahirkan di depan pintu rumahnya, dengan beberapa anak muda yang membantu mengeluarkannya .
Kemudian ada beberapa pedagang masuk menemui Utsman dan berkata, "Jualah kepada kami apa yang telah sampai padamu, wahai Abu Amr."
Utsman menjawab, "dengan senang hati, tetapi kerapa keuntung yang kalian berikan kepadaku atas pembelianku?"
Mereka menjawab, "Kami akan membayarnya dengan dirham sebesar dua dirham untukmu."
Utsman berkata, "Aku diberi lebih dari itu sebelumnya." Kemudian mereka menawarkan lebih banyak lagi, tetapi Utsman tetap berkata, "Aku diberi lebih banyak dari apa yang kalian tawarkan sekarang."
Ustman berkata, "Berikan lebih banyak dari ini".
Mereka bertanya, "Wahai Abu Amr, di kota ini tidak ada pedagang selain kami dan tidak ada yang mendahului kami untuk mendatangimu. Siapa yang memberimu lebih dari yang kami tawarkan?"
Utsman menjawab, "Sesungguhnya Allah memberiku sepuluh kali lipat dari setiap dirham. Apakah kamu memiliki lebih dari itu?"
mereka menjawab, "Tidak, wahai Abu Amr".
kemudian mereka bersaksi, "Sesungguhnya Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku telah mengambil beban ini sebagai sedekah untuk orang miskin
dari kalangan Muslim. Aku tidak lagi mengharapkan dirham atau pun dinar dari siapa pun. Aku hanya mencari pahala dan keridhaan Allah."
Utsman bin Affan Menjadi Khalifah
Ketika kepemimpinan berpindah ke tangan Utsman bin Affan, semoga Allah meridainya, Allah membuka keberkahan atas kedua tangannya dengan menaklukkan Armenia, Kaukasus, dan Allah menolong umat Islam untuk menguasai wilayah Khurasan, Kirman, Sijistan, Siprus dan sebagian besar wilayah Afrika.
Pada saat itu orang-orang hidup di masa kepemimpinannya merasakan kekayaan yang belum pernah dialami oleh umat sebelumnya di atas muka bumi.
Hasan Al-Bashri ra. menceritakan tentang kebahagiaan dan kemakmuran yang dinikmati oleh orang-orang pada masa pemerintahan "Dzun Nuraini" ra. mereka hidup dalam kejayaan dan ketenteraman yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.
Saya mendengar orang penyeru Utsman bin Affan ra memanggil dengan berkata, "Wahai manusia, datanglah dan ambillah pemberianmu!"
Maka orang-orang berbondong-bondong mengambil pemberian tersebut dengan senang hati.
"Wahai manusia, datanglah dan ambil rizkimu!"
Maka orang-orang datang dan menerima rizki yang berlimpah ruah.
Saya juga mendengarnya, demi Allah, dia memanggil, "Datanglah dan ambil pakaianmu!"
Maka orang-orang mengambil jubah yang panjang dan indah.
Lalu dia kembali memanggil, "Datanglah dan ambil mentega dan madu Juga!"
Tidak heran, pada masa Utsman bin Affan mata pencahatian masyarakat beredar, banyak sekali kebaikan-kebaikan.
Saat itu tidak ada kekhawatiran atau ketakutan bagi kaum Muslimin. Mereka merasakan kebahagiaan, saling mencintai, saling mendukung, dan saling membantu. Semua orang hidup dengan kebaikan dan kasih sayang. Maka kebaikan melimpah ruah dan tidak ada konflik di antara mereka.
Fitnah yang Terjadi pada Ustman bin Affan
Beberapa orang, saat mereka kenyang dan puas, mereka melakukan penyimpangan, jika Allah memberikan nikmat pada mereka, mereka menjadi kufur. Oleh karena itu, orang-orang tersebut mengkritik dan menyalahkan Utsman dalam berbagai hal.
Mereka terus menyalahkan, andai saja mereka berhenti mengkritik dan menyalahkan, masalah akan menjadi lebih mudah. Setan telah meniupkan roh jahatnya pada mereka dan menyebarkannya di dalam jiwa mereka.
Pada akhirnya, sekelompok penjahat berkumpul mereka terdiri dari beberapa kabilah mengepung rumah Utsman selama hampir empat puluh malam dan mencegahnya dari mendapatkan air yang segar.
Orang-orang dzalim ini melupakan bahwa Utsman-lah yang membeli sumur "Raumah" dengan uangnya sendiri untuk memberi minum penduduk Madinah dan para peziarah yang datang ke kota itu. Padahal sebelum itu, mereka tidak punya sumber air yang segar untuk diminum.
Kemudian mereka juga menghalanginya sholat di masjid Rasulullah Saw, mereka telah melupakan bahwa Utsman-lah yang memperluas dua Masjid Suci dengan uang pribadinya, agar bisa menampung lebih banyak umat Islam setelah ruangan di sana tidak cukup lagi, tapi mereka mengabaikan hal ini.
Ketika Utsman semakin terjepit dan situasinya semakin buruk, hampir tujuh ratus sahabat dan anak-anak mereka melindunginya. Di antara mereka adalah Abdullah bin Umar bin Khattab, Abdullah bin Zubair bin Awwam, Hasan dan Husain anak dari Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, dan lain sebainya."
Tetapi Utsman, "Dzun Nurain", orang yang berhijrah dua kali, dan orang yang banyak melakukan kebaikan, memilih untuk mengorbankan nyawanya daripada mengorbankan nyawa umat Muslim lainnya dalam membela dirinya.
Dia lebih memilih agar nyawanya diambil daripada melawan memerangi umat Muslim lainnya. Dia bersumpah kepada orang-orang yang membantunya dan menjaganta untuk meninggalkannya dan menyerahkannya kepada keputusan Allah.
Dia berkata kepada mereka, "Saya bersumpah kepada yang berhak atas diriku, agar dia menahan tangannya."
Dia berkata kepada pembantunya, "Siapa yang menggantung pedangnya, dia bebas."
Utsman bin Affan Wafat
Sebelum wafatnya, mata Khalifah Rasulullah Saw mulai sedikit mengantuk, lalu dia bermimpi melihat Nabi Saw, yang bersamanya Abu Bakar As Siddiq dan Umar bin Khatab. Ia mendengar Rasulullah berkata padanya, "Mari berbuka bersama kami malam ini, wahai Utsman". Maka Utsman yakin bahwa ia akan bertemu dengan Rabbnya setelah pertemuannya dengan Nabinya.
Pagi hari sebelum kematiannya Utsman dalam keadaan berpuasa, dan memakai celana panjang untuk dipakainya, karena ia khawatir auratnya terbuka, jika ia terbunuh oleh para pelaku dosa yang membunuh.
Pada hari Jumat di malam ke-18 di bulan Dzulhijjah, seorang hamba yang shaleh, zuhud, sedang melakukan puasa dan membaca al Quran, dan menantu Rasulullah telah dibunuh...
Ia berjumpa dengan Rabbnya dalam keadaan haus karena puasa dan Al Quran terbuka di hadapannya.
Cukuplah bagi Umat Islam merasa lega dengan terbunuhnya Utsman ra, bahwa pembunuhnya bukan dari kalangan sahabat...
Bukan juga anak-anak sahabat...
Kecuali satu orang yang awalnya ikut serta dengan para pemberontak tetapi kemudian menyesal dan kembali pada kebenaran.
Wa Allahu A'lamu bi Shawab
By: Umm_Chaera
Sumber:
Kitab, Shuwar min Hayatis Sahabah
Baca juga Kisah Sahabat Rasul