Kisah Sahabat Rasul: Perjalanan Masuk Islamnya Khalid bin Walid [2]

Khalid bin Walid

Khalid bin Walid Masuk Islam

kita biarkan, Khalid sendiri yang menceritakan kisah masuk Islamnya kepada kita.

Dia berkata, "Ketika Allah menghendaki kebaikan bagiku, Dia menanamkan cinta Islam di dalam hatiku. Kebenaran menyadarkanku dan aku berkata, 'Seluruh negeri ini menjadi saksi bagiku atas Muhammad. Setiap kali aku pergi dari tempat ini, aku mendapati diriku merasakan bahwa Muhammad akan menang."

Kemudian dia melanjutkan, "Saat itu, saudaraku menulis surat kepadaku yang berisi, 'Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang...' Selanjutnya, ia mengungkapkan kekagumannya terhadap keputusanku tentang Islam dan kecerdasanmu yang tidak bisa disangkal."

"Dan tidak ada yang bisa mengabaikan keindahan Islam," tambahnya.

"Rasulullah juga bertanya tentang diriku, 'Di mana Khalid?"

Dia menjawab, "Allah akan membawanya kepadamu.'

Lalu beliau berkata, 'Tidaklah semua itu karena Khalid yang tidak mengenal Islam. Jika dia mengarahkan kebenciannya terhadap orang-orang Musyrik daripada umat Islam, itu akan menjadi kebaikan baginya... Dan kami mengutamakannya dari yang lain".

"Jadi, sadarilah, wahai saudaraku, apa yang telah kamu lewatkan darinya. Kamu telah melewatkan peluang baik."


Khalid bin Walid Masuk Islam

Kemudian Khalid melanjutkan bercerita, "Ketika suratnya tiba, aku menjadi semangat untuk pergi ke Madinah. Aku merasa senang dengan kata-kata Rasulullah. Dalam mimpi, aku melihat diriku berada di daerah yang sempit dan tandus. Kemudian aku keluar ke daerah yang hijau dan luas, dan aku berkata, 'Sungguh, ini adalah mimpi yang benar.'"

"Ketika aku memutuskan untuk pergi menemui Rasulullah ﷺ, aku bertanya, "Siapa yang akan menemani saya ke Muhammad?"

Maka aku bertemu dengan Shafwan bin Umayyah, dan aku berkata, "Tidakkah engkau melihat, wahai Abu Wahb, apa yang sedang terjadi? Muhammad telah menang atas orang Arab dan non-Arab. Jika kita bergabung dengannya, maka kita akpan mengikutinya. Sesungguhnya kemuliaan Muhammad adalah kemuliaan bagi kita".

Tetapi dia menolakku dengan keras, dan mengatakan, "Jika tidak ada orang Quraisy selain aku, maka aku tetap tidak akan mengikutinya selamanya".

Maka kami pun berpisah, dan menurutku, "Dia adalah seorang laki-laki yang sakit hati yang ingin membalas dendam, karena Ayah dan saudaranya tewas dalam Pertempuran Badr.'"

Kemudian Khalid melanjutkan cerita kisah masuk Islamnya. Dia berkata, "Aku meninggalkan Shafwan bin Umayyah dan bertemu dengan Ikrimah bin Abi Jahl. Aku mengatakan kepadanya hal yang sama seperti yang kukatakan kepada Shafwan."

"Ikrimah menjawabku dengan kata-kata yang sama seperti yang diucapkan oleh Shafwan".

Kemudian aku mengatakan kepadanya, lupakan apa yang aku katakan padamu".

"Aku pergi ke rumahku dan meminta kendaraanku untuk disiapkan, sampai aku bertemu dengan Utsman bin Abi Talhah, teman baikku, dan aku menceritakan kepadanya tentang apa yang aku inginkan."

"Kemudian aku teringat tentang siapa yang membunuh ayahnya, dan aku merasa terganggu oleh hal itu. Aku berkata dalam diriku, "Bagaimana aku bisa bertemu dengannya saat aku dalam perjalanan?"

"Akhirnya aku menceritakan kepadanya apa yang terjadi padaku dan mengatakan hal yang serupa seperti yang kukatakan kepada kedua temanku. Dia segera memberikan jawaban dan kami berangkat pada malam hari menjelang sahur."

"Selama perjalanan, kami bertemu dengan Amr bin Ash. Dia menyapa kami, "Selamat datang!"

Kami menjawab, 'Selamat datang kepada Anda juga!"

"Amr bertanya, 'Kalian menuju ke mana?'

Kami menjawab, 'Apa yang membuatmu untuk keluar?'

Dia berkata, "Sebenarnya, apa yang membuat kalian keluar?"

Kami menjawab, 'Masuk Islam dan mengikuti Muhammad.'

Dia berkata, "Itulah yang membuat saya ke sini".

Kemudian dia membawa kami semua hingga kami sampai di Madinah. Lalu saudaraku menyambutku dan berkata, "Cepat! karena Rasulullah telah memberi tahu tentang kedatanganmu. Dia menantikan kedatangan kalian."

Aku berjalan lebih cepat dan akhirnya aku melihatnya. Dia terus tersenyum hingga aku berdiri di hadapannya. Aku memberi salam sebagai tanda pengakuan kenabian. Dia menjawab salamku dengan wajah berseri-seri.

Aku berkata, "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan engkau adalah Rasulullah."

Dia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepadamu. Aku telah melihat kecerdasan dalam dirimu dan aku berharap hanya kebaikan untukmu sebelum engkau masuk Islam."

Sejak saat itu, Khalid bin Walid memeluk Islam dengan sepenuh hati dan jiwa. Dia menyesali hari-hari masa lalunya yang telah terbuang percuma. Suatu kali, dia berkata, "Ya Rasulullah, aku telah melihatmu dan menyaksikan pada suatu kondisi yang dulu kuingkari dan lari dari kebenaran. Mohonkanlah ampunan kepada Allah agar Dia mengampuniku".

Nabi Saw menjawab, "Sesungguhnya Islam menghapus segala dosa yang telah lampau."

Khalid kembali memohon untuk meyakinkan harapannya. Kemudian Nabi Allah berdoa kepada Tuhan-Nya,

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِخَالِدِ بْن الْوَلِيدِ كُلِّ مَا سَلَفَ مِنْهُ مِنْ صَدِّ عَنْ سَبِيلِكَ

"Ya Allah, ampunilah Khalid bin Walid atas segala apa yang telah ia lakukan untuk menentang jalan-Mu."

Khalid menerima dengan tulus doa tersebut dan merasa lega dalam dirinya.

Kepemimpinan Khalid bin Walid dalam Pasukan Umat Islam

Ketika Rasulullah ﷺ bertekad untuk menaklukkan Makkah, dia memimpin pasukannya menuju kota suci tersebut. Abu Ubaidah bin Jarrah berada di barisan depan, sementara Zubair bin Awwam di sayap kanan, dan Khalid bin Walid di sayap kiri. Dengan demikian, Khalid kembali ke Makkah sebagai seorang pemimpin, dan itu hanya beberapa bulan sejak dia memeluk Islam.

Pada saat Rasulullah memberikan panji kepada Khalid bin Walid pada hari masuk ke Makkah, meskipun Khalid masih baru memeluk Islam, Rasulullah dengan cahaya kenabiannya mampu melihat potensi yang dimiliki Khalid dalam membela Islam dan mengangkat panji-panji Al-Qur'an.

Ketika Rasulullah kembali kepada Rabbnya, dan kekhilafah berpindah ke Abu Bakar ra, Khalid terlibat dalam perang-perang penaklukan yang terjadi dari awal hingga akhir masa Riddah (perang melawan para murtaddiin). Dia memiliki peran yang paling signifikan dalam setiap peristiwa pentingnya dan di saat-saat yang paling genting, termasuk Pertempuran Yamamah.

Ketika pasukan Muslim bergerak untuk menaklukkan Persia, Khalid memiliki keunggulan di medan perang yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dia berhadapan dengan pasukan Persia dan sekutu mereka dalam lima belas pertempuran.

Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran manapun, tidak pernah membuat kesalahan, dan tidak pernah mengalami kegagalan.

Ketika pasukan Muslim berencana untuk berperang melawan Romawi, Khalid memiliki kehormatan untuk memimpin pasukan Muslim dalam Pertempuran Yarmuk, yang merupakan salah satu pertempuran besar kaum Muslimin.

Kelapangan Hati Khalid Bin Walid

Khalid mencapai puncak kebesarannya ketika datang kepadanya surat dari Amirul Mukminin, Umar bin Khattab, yang mencopotnya dari posisi kepemimpinan ketika dia berada di puncak kemenangannya.

Dia menerima keputusan tersebut dengan lapang dada dan dengan sukarela menyerahkan kepemimpinan kepada penggantinya. Dengan hati yang lapang Khalid bin Walid, sang pahlawan besar, beralih menjadi seorang prajurit di dalam tentara Muslim.

Setelah sebelumnya ia menjadi panglima dalam tentara ini. Semoga Allah merahmati Abu Sulaiman (julukannya Khalid bin Walid). Dia benar-benar menjadi teladan yang unik di antara manusia.

Wa Allahu 'Alamu bi Shawab

By: Umm_Chaera

Sumber:

Kitab (2), Shuwar min Hayatis Shahabah


Baca juga Kisah Sahabat Rasul

Ikrimah bin Abu Jahal [1]

Suraqah Bin Malik [1]


Suraqah Bin Malik [2]


Khalid bin walid [1]


Khalid bin Walid [2]


Utsman bin Affan [1]


Utsman bin Affan [2]


Zaid bin Haritsah [1]


Zaid bin Haritsah [2]

Ja'far bin Abi Thalib [1]

Jafar bin Abi Thalib [2]

Abu Sufyan bin Harits

Amru bin Ash

LihatTutupKomentar